Besoknya…
Kau datang padaku.
Mengajakku ke kantin
seperti biasa.
Seolah-olah kemarin
kau tidak melihat sesuatu
Kau.
Di kantin
10.00 WIB
“Tink.”
“Hmm?” aku mengalihkan pandanganku dari seorang cowok yang telah menolakku mentah-mentah.
“Hmm?” aku mengalihkan pandanganku dari seorang cowok yang telah menolakku mentah-mentah.
“Sudah sembuh?”
“Sudah. Thanks”
“Sudah. Thanks”
“Buat?”
“Nyanyianmu. Aku. Suka.”
“Nyanyianmu. Aku. Suka.”
“…”
“Hei…” sapaku.
“Ehem?”
“Ehem?”
“Kapan-kapan nyanyi lagi, ya. Buatku.”
Saat itu, kamu sempat ragu. Aku tahu. Tapi, kemudian, kamu
menatap kedua mataku dalam-dalam lalu dengan yakin, kamu mengangguk kikuk. Aku
tersenyum tipis lalu pandanganku kembali terpusat pada pria tadi.
“Tink…”
“Hem?”
“…”
“Hem?”
“…”
“Apa?”
“…. Nggak jadi.”
“Eh?”
“Ada cicak terbang tadi.”
“…. Nggak jadi.”
“Eh?”
“Ada cicak terbang tadi.”
“Cuma anak kecil yang percaya itu.”
Gurauanku tadi tidak lucu. Aku tahu. Tapi, kamu tertawa. Kamu selalu tertawa.
Gurauanku tadi tidak lucu. Aku tahu. Tapi, kamu tertawa. Kamu selalu tertawa.
Selalu.
Tertawa.
Aku tidak menyadari saat itu ada luka lebam samar di sekitar
bibirmu. Luka yang disebabkan karena kau berusaha melindungiku.
Ehm.. Melindungi
perasaanku lebih tepatnya.
Pada waktu itu..
Kau..
Kau menghajar pria itu kan?
Kau menghajarnya karena pria itu sudah menolakku mentah-mentah setelah kau melihat apa yang telah kuperbuat selama ini.
Kau menghajarnya karena pria itu sudah menolakku mentah-mentah setelah kau melihat apa yang telah kuperbuat selama ini.
Kau menghajarnya karena dia berani membuatku menangis.
Kau menghajarnya..
Karena.. Kau..
Kau mencintaiku.
Kenapa. Kenapa kau tidak menceritakannya pada saat itu?
…
…
…
Kau malah bernyanyi. Untukku.
Tertawa. Untukku.
Sedangkan aku memikirkanmu saja tidak.
Padahal, perasaanmu
jauh lebih tercabik dari perasaanku.
Sekarang.
Kalau aku bilang… Aku
menyesal atas hal itu.
Kalau aku bilang...
Aku. Mencintaimu.
Aku. Merindukanmu.
Apakah kau percaya?
Apakah kau akan kembali kesini? Merengkuhku seperti dulu?
Apakah kau akan kembali kesini? Merengkuhku seperti dulu?
Kau.. Dengarkah suara tadi?
Satu kali lagi. Hatiku baru saja retak.
Satu kali lagi. Hatiku baru saja retak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar