Jumat, 27 Februari 2015

I-N-V-I-S-I-B-L-E






in·vis·i·ble

(ĭn-vĭz′ə-bəl)
1. Impossible to see; not visible:
2. Not accessible to view; hidden
3. Not easily noticed or detected; inconspicuous:



Kebanyakan orang yang 'kesepian' menganggap dirinya sebagai sosok yang 'invisible'.  Kenapa saya bold kalimat nomer dua? Ya, karena orang kesepian biasanya seperti orang yang 'tersembunyi'. Dirinya merasa seolah-olah ada tembok tak kasat mata yang 'menutupi dirinya sehingga orang lain tidak bisa melihatnya sendirian dengan mata yang sembab maka orang-orang itu hanya melewatinya begitu saja.

You know that feeling?

When you feel lonely, you feel as if no one's there for you.
It feels like no one understands you or is willing to listen.
It feels like you're screaming in a crowded room, yet not one person hears you.
 Yes,

Perfectly YES!





 Padahal, kenyataannya...


Silence is the most powerful scream.

But, still no one hears that one.

And, I'm tired.

Mungkin, itulah alasannya mengapa aku pun berubah menjadi manusia yang caper, baper, dan..
cengeng.

Sigh.

Sudah tidak terhitung, berapa banyak status di LINE,
tweet di twitter,
dan terakhir, postingan di blog
yang tanpa sadar
hampir semuanya berbicara mengenai betapa menyedihkannya aku,
dengan rasa hampanya
dengan rasa rindu pada hal-hal sederhananya
dengan rasa kesendiriannya 
dengan rasa kesepiannya

Menunggu seseorang datang, duduk sejenak di samping
Mendengarkan segala cerita dan asa yang kubagi
Bersedia menghapus segala air mata
Dan, berkata padaku, "Jangan sedih. Aku yang akan menjadi sahabatmu sekarang. I'll always stand by your side."

God.

Ini bukan postingan pencarian belas kasihan,
apalagi pencarian sahabat.

Ini hanya postingan untukku berbagi rasa,
postingan tempatku untuk berimajinasi,
postingan tempatku untuk berbagi pikiran.

Ada seorang teman yang mengaku terkejut ketika tahu bahwa aku ternyata semenyedihkan ini.

Ya, jujur.

Aku sendiri juga terkejut.

Mengapa aku jadi selemah ini?
Mengapa aku jadi sesedih ini?

Mengapa aku selalu kesepian?

Mungkin, dulu pernah ada seseorang yang memperhatikanku
Tapi, beberapa lama kemudian, dia pergi.
Entahlah. Mungkin karena bosan?
atau, karena lelah menghadapiku terus menerus?

Ah, sudahlah.

aku sendiri juga sebenarnya sudah lelah.
Lelah berteriak.
Lelah menangis.
Lelah berharap pada sesuatu yang tak kunjung datang.
Lelah meratap.
Lelah menerima janji yang lalu tak pernah menjadi kenyataan.

Lelah atas segalanya.

Aku juga tidak bisa menyalahkan orang lain atas perasaanku.
Mungkin juga ini semua karena kesalahanku sendiri.

Mungkin dulu aku juga pernah mengabaikan temanku yang kesepian
Mungkin dulu aku juga pernah meninggalkan temanku.
Lalu, sekarang, aku menerima balasannya.

Mungkin juga sekarang ini ada seseorang yang berusaha peduli padaku
Namun, aku tak pernah memperhitungkannya
Lalu, lambat laun, dia mulai jenuh lalu pergi.

Mungkin, juga dia yang kumaksud membaca postingan ini?

Jika memang benar.

Aku minta maaf.
Di postingan ini, aku benar-benar minta maaf.

Tidak ada maksud dari dalam hati untuk mengabaikanmu
Mengacuhkanmu
Apalagi, menyuruhmu keluar dari hidupku.

Tidak mungkin.

Maaf. Karena selama ini, mungkin, aku terlalu fokus pada kesedihanku sendiri
Sampai-sampai mataku buta tidak bisa melihatmu yang sudah pernah duduk di sampingku pun hanya sejenak.
Sampai-sampai hatiku pun menjadi mati rasa sehingga tidak ada rasa lain yang sanggup menggantikan perasaan kesepian.

Maaf. Maaf. Maaf.

Maaf.

Tapi yang jelas.
Kepadamu, aku sampaikan.
Terima kasih banyak dari lubuk hatiku yang terdalam.

Bukan lebay

Kamu nggak pernah tahu
Kalau aku diam-diam mengharapkanmu mengirimiku pesan lalu kita membicarakan hal-hal yang sederhana.
Kalau aku diam-diam mengharapkanmu membagikan kisahmu padaku lalu kita berusaha menyelesaikannya bersama

Kamu juga nggak pernah tahu

Kalau aku diam-diam menginginkanmu di sini..
di sisiku
selamanya..

Kamu nggak pernah tahu.
Karena semua yang kutunjukkan padamu di dunia nyata adalah sikapku yang cuek,
sok kuat,
sok ceria.

Aku terlalu malu untuk mengungkapkan kebenarannya.

Ha ha ha.
Aku pengecut ya?

Aku cuma berani mengatakannya di sini.
Di blog.
Atau, melewati status yang kubuat.
juga melalui quote yang ku-retweet.

Aku terlalu gengsi untuk mengungkapkan kebenarannya

Di dunia nyata,
aku seakan-akan mengusirmu pergi
Menyuruhmu bersama dengan yang lain

Padahal, hatiku berbicara, "Jangan. Jangan pergi."
"Jangan pernah pergi."

Tapi, aku tidak ada maksud untuk menahanmu loh..
Pergilah jika kau mau.

I'm fine.
Remember?

You deserved to be happy so I left.

Karena bahagiamu adalah bahagiaku.

Aku
sayang
kamu.   



Sincerely,
The Invisible
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar