Jumat, 13 Februari 2015

Surat dari Sudut Hatinya yang Tergelap

Dengarkah kau bunyi denting antar pedang nun jauh di dalam hati?
Oh, hatiku lebih tepatnya
Sisi lain mengatakan, "Jangan sedih. Udah ikhlasin aja semuanya. Lama-kelamaan, kamu bakal terbiasa kok"
Sisi yang lain menyahut, "Tuh, tuh. Sendirian lagi... Udah nasib kali lo. Mampus lo!"

Dan, sialnya, sisi kedua yang hampir selalu mendominasi hati hingga sampai pada otak.
Menimbulkan pemikiran-pemikiran negatif, kegundahan demi kegundahan turut bergulir.
Terkadang, aku merasa, mereka telah bekerja sama untuk membunuhku perlahan-lahan dari dalam.

Perlahan..
Namun...
.......
......
.....
Pasti.

Kenapa?
.
.
.
.
There's no answer.

Padahal, aku sadar bahwa perasaan ini merugikan orang lain dan diri sendiri.
Aku salah.

Aku sadar, aku telah membuat sahabatku sendiri merasa terkekang
aku telah membuat sahabatku sendiri kecewa
aku telah membuat sahabatku sendiri sakit hati
aku telah memarahi orang tuaku sendiri ketika kalut

KESEPIAN TELAH MENGGEROGOTI JIWAKU
SEDIKIT DEMI SEDIKIT

Kesepian yang terlalu nyata terlihat dalam mataku.
Kesepian yang sudah terlalu lama kurasakan.
Kesepian yang tidak pernah bisa hilang oleh waktu.
Kesepian yang selalu timbul tiap kali aku 'sendirian'

Kesepian yang---

aku tidak tahu harus berkata apa lagi.
 
Lalu, apa yang harus kulakukan?
APA?
APAAAA??


Tuhan.
Apa?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar