H a l o..
Apa kabar semua? Kabarku secara fisik, baik. Jangan tanyakan kabarku secara mental karena jujur aku sedang tidak baik.
Postingan
ini aku tulis ketika aku sedang sendirian di dalam kamar, dengan mata agak sembab,
sebenarnya dalam kondisi membutuhkan teman untuk mengobrol tapi apa daya aku
kembali sendirian lagi karena orang-orang yang kuharapkan kehadirannya sedang
sibuk dengan urusannya masing-masing.
Hanya
aku sepertinya yang pengangguran di sini. He he he…
Daripada
aku menyimpan semuanya sendirian dalam kepala, lebih baik aku membagikannya
kepada teman-teman pembaca blog sekalian. Bukan untuk mencari perhatian,
apalagi minta dikasihani. Aku hanya ingin menuangkan isi pikiran dan keinginan
hati untuk menulis apa yang kurasakan.
Dan,
inilah tulisanku mengenai perasaanku saat ini dan beberapa hari terakhir yang
membuatku terkadang harus merenungkan ini semua sendirian dan entah kenapa air mata tiba-tiba saja jatuh menuruni
pipi.
*Tarik
nafas*
Oke, jadi gini…
Seperti pada postingan-postingan sebelumnya, sadarkah kalian bahwa aku sering berbicara mengenai kesendirian? Bahwa, betapa tidak menyenangkannya merasa sendirian? Betapa menyedihkannya menjadi manusia yang merasa dirinya tidak dibutuhkan sebesar dia membutuhkan orang lain?
Oke, jadi gini…
Seperti pada postingan-postingan sebelumnya, sadarkah kalian bahwa aku sering berbicara mengenai kesendirian? Bahwa, betapa tidak menyenangkannya merasa sendirian? Betapa menyedihkannya menjadi manusia yang merasa dirinya tidak dibutuhkan sebesar dia membutuhkan orang lain?
Aku merasakannya.
Aku merasa seperti aku menginginkan orang yang kusayangi ‘hadir’ dalam hidupku, menemaniku mengobrol setiap hari, bercanda, sharing, membagikan apa saja yang bisa dibagikan pada hari itu tanpa rasa jenuh. Akan tetapi, masalahnya adalah aku tidak merasa mereka juga merasakan ‘hal’ yang sama denganku. Aku merasa dalam konteks ini seperti hanya aku saja yang membutuhkan kehadiran mereka tetapi mereka tidak membutuhkan aku. Mengerti?
Aku
merasa seperti orang yang tidak diharapkan atau dirindukan kehadirannya seperti
aku merindukan mereka hadir menemani hari-hariku.
Aku
tahu, mereka sibuk. Tetapi, ketika
pada suatu saat aku sedang iseng memeriksa twitter.
Ada satu quote yang membuatku
tertohok ketika membacanya.
“Tidak ada orang yang terlalu sibuk untuk
orang yang disayanginya. Jika mereka benar-benar menyanyangimu, maka akan
selalu ada waktu untuk mereka sanggup menemanimu. Semua tergantung pada
prioritas.”
Kalimat
ini membuatku merasa seperti…. Apakah hanya aku saja yang berpikir bahwa
hubunganku dengan orang itu yang ‘terlalu’ berlebihan? Jangan-jangan di mata
mereka, aku hanya orang yang kebetulan singgah dalam hidup mereka. Orang yang
statusnya hanya sebatas ‘cukup penting’ atau
kemungkinan terburuknya adalah ‘tidak penting’.
Aku
mulai berpikiran bahwa apakah ini semua karena mereka mulai jenuh denganku?
Apakah aku merupakan teman ngobrol yang membosankan sampai lama-kelamaan mereka
terlihat malas mendengar semua cerita-ceritaku dan membalas pesan-pesanku?
Ujung-ujungnya,
aku merasa telah dikecewakan. Padahal, aku sangat
membutuhkan mereka. Mungkin, karena dari dulu kecil aku terlalu sering
‘sendirian’ dan tidak memiliki teman, jadilah aku menjadi remaja yang…. Seperti
membutuhkan juga kasih sayang dari orang lain (perhatian, kepedulian). Aku
sekali-kali ingin merasakan bagaimana rasanya disayangi dengan sangat oleh
orang lain, dirindukan kehadirannya oleh orang lain, dinanti-nantikan
ocehannya.
Tapi….
Mungkin tidak akan semudah itu untuk bisa merasakan perasaan-perasaan itu. Aku
terpaksa hanya bisa membayangkannya dalam imajinasi, dalam bayangan-bayangan
yang timbul ketika aku merasa kembali ‘kesepian’ meskipun pada akhirnya
bayangan itu hanya berakhir dengan memberikan rasa sakit di dada. Seakan
bayangan itu mengejekku bahwa sampai kapan pun aku tidak akan pernah bisa
merasakan perasaan-perasaan membahagiakan itu.
Maka,
berbahagialah kalian yang dalam hidupnya sudah memiliki orang yang selalu ingin
berada di samping kalian, merindukan kalian, menyanyangi kalian. Aku sangat iri
dengan orang-orang seperti ini.
*menghembuskan
napas*
Akan tetapi, biar bagaimanapun juga aku tetap tidak bisa menyalahkan orang-orang yang kuharapkan kehadirannya itu. Mungkin saja ini semua karena salahku? Mungkin saja dalam konteks ini hanya aku saja yang terlalu sensitiv dan egois? Mungkin saja mereka benar-benar sedang sibuk dengan urusannya sampai tidak ada waktu untuk membagikannya sedikit padaku?
Dan
yang terpenting, biar bagaimanapun juga, aku tetap tidak bisa menyingkirkan perasaan
sayangku pada mereka. Setiap kali mereka bersedih, rasanya ingin sekali aku
memberi mereka kata-kata penghiburan, mendoakan mereka, menasihati mereka,
bahkan memeluk mereka. Intinya, aku tetap ingin berada di samping mereka
walaupun mungkin mereka tidak terlalu mempedulikan kehadiranku, walaupun
mungkin keberadaanku tidak memiliki dampak apapun dalam usaha menghilangkan
kesedihan mereka. Tapi, aku ingin memberi tahu mereka kalau aku TIDAK PEDULI.
Apapun yang terjadi, aku mau di
samping mereka.
Karena
yang namanya sayang tetap sayang.
Mungkin
mulai sekarang aku sudah harus menghilangkan harapan dan keinginan untuk bisa
mendapatkan teman ngobrol untuk berbagi kisah di setiap harinya pada
orang-orang yang kuharapkan agar bisa mengurangi rasa kecewa. Mulai sekarang,
aku mulai bisa menerima bahwa mereka juga memiliki jalan kehidupannya
masing-masing yang tidak bisa aku usik lagi.
Aku
percaya mereka ini adalah ORANG-ORANG BAIK. Aku tidak mungkin menyanyangi orang
jahat. Hati mereka pun sudah pasti hati yang lembut dan baik. Mungkin, hanya
aku saja yang harus menerima kenyataannya. Aku saja yang harus bisa terus
berada di samping mereka ketika mereka dalam kesedihan, kesepian, luka,
penyesalan dan penderitaan walaupun mereka tidak menginginkanku sekalipun.
Sebab, aku telah mencoba melintasi jalan lain untuk menghindari mereka tetapi tetap
saja aku tidak bisa berhenti menyanyangi orang yang sedari mula telah membuatku
menyanyangi mereka dengan sangat.
Sempat terpikir di benakku apakah mereka seperti ini karena salahku?
Kalau begitu, aku ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya pada mereka. Walaupun, aku tahu, permintaan maaf itu mungkin tidak bisa meluruhkan seluruh luka yang tersimpan dalam hati dan benak mereka. Tetapi, aku sungguh-sungguh minta maaf. Biarlah aku sampaikan permintaan maaf ini pada Tuhan, agar dengan cara-Nya tersendiri Tuhan sampaikan pada orang-orang yang kusayangi betapa aku sangat bersyukur mereka telah hadir dalam hidupku. Memberikanku pelajaran bagaimana caranya menyanyangi orang dengan sangat, bagaimana itu rasanya mengalami luka, rasanya mengalami kekecewaan, rasanya mengalami kebahagiaan ketika pada akhirnya mereka datang bersua, berkirim pesan, dan mengobrol denganku di sela-sela kesibukannya, memberikanku pelajaran bagaimana caranya mengasihi, mengajariku untuk bisa menghibur orang-orang yang sedang bersedih.
Aku tahu, permintaan maaf ini tidak akan sampai pada mereka secara tepat karena aku tidak menyebutkan nama mereka satu per satu dan belum tentu juga mereka membaca artikel ini.
*menghembuskan
napas lagi*
Terima
kasih ya sudah menjadi bagian dari hidupku :'))
Yang
akan selalu menunggu kehadiran mereka,
Tessia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar