Mungkin, bagi sebagian orang berpikir bahwa hal-hal yang
dirindukan semestinya adalah hal-hal yang menyenangkan. Bagi sebagian orang
yang lain juga berpikir bahwa hal-hal yang dirindukan itu memerlukan sesuatu
yang besar dan mahal. Misalkan, berlibur ke Paris dan berbelanja di sana.
Iya. Bagi saya, pergi ke Paris itu adalah hal yang
menyenangkan. Tapi, apa artinya jika kita pergi sendirian? Memang jika
tujuannya hanya untuk beberapa hari saja perasaan senang itu masih melekat
dalam hati. Akan tetapi, bagaimana jika kita menetap di sana? Apakah kita masih
merasakan perasaan ‘senang’ yang pertama seperti kali pertama kita menginjakkan
kaki di kota Paris? Saya rasa tidak. Apakah kita akan mulai merindukan
orang-orang kesayangan kita? Untuk kali ini, jawabannya iya.
Seiring bertambahnya usia, saya pun mulai menghargai setiap
hal-hal kecil yang saya lakukan bersama dengan orang-orang yang saya sayangi.
Tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membuat kenangan bersama orang itu
menjadi spesial.
Coba pembaca yang masih usia sekolah atau sudah dewasa.
Ingat-ingat kembali masa sekolah kalian bersama teman-teman. Ada yang
menyebalkan untuk diingat, ada juga yang menyedihkan atau bahkan menyenangkan.
Tapi, ketika kalian mengingat-ingat semuanya itu maka akan timbul perasaan
rindu dari dalam hati bukan?
Penelitian mengatakan sebenarnya manusia tidak pernah
merindukan orang lain, yang mereka rindukan adalah ‘peristiwa-nya’, ‘kebersamaannya.’
Akan tetapi, jika dipikir-pikir lagi, akankah kenangan itu
menjadi hal yang kita rindukan jika kita menjalaninya bukan dengan orang itu
melainkan dengan orang lain?
Seperti halnya kita dikirim pesan oleh operator berbeda
rasanya bila kita dikirim pesan oleh sahabat kita sendiri. Mengerti?
Perasaan rindu itu jujur, Kawan. Dia dapat melihat sampai ke
dalam hati bagaimana hati itu merindu kepada orang-orang yang dikasihinya jika
sudah dalam jarak yang jauh, jika mereka sudah tidak bertemu lagi dalam waktu
yang lama.
Sepertinya, Tuhan menciptakan perasaan rindu itu agar dua
orang yang saling menyanyangi tetap berhubungan antara satu dengan yang lain.
Akan tetapi, sayangnya, ada orang yang ‘berusaha’ mengungkapkannya atau malah
ada juga yang mengabaikannya.
Saya pun hari ini merasakan perasaan rindu.
Rindu terhadap hal-hal kecil yang saya lakukan berdua dengan
orang-orang yang saya sayangi.
Ketika saya pertama kali pergi ke kota Malang, betapa saya
merindukan rumah saya. Yang sebelumnya terasa biasa-biasa saja.
Saya rindu mengobrol dengan papa, saya rindu memamerkan
naskah-naskah saya yang sudah selesai pada papa, saya rindu menonton televisi
bersama, saya rindu pergi bersama, saya rindu diantarkan sekolah olehnya, saya
rindu percakapan cukup panjang sebelum tidur, saya bahkan rindu dimarahi. He he
he….
Menurut saya, ini adalah salah satu perasaan rindu terhebat
saya karena saya sampai menangis berhari-hari #jujur.
Dan untuk kedua kalinya, saya harus memiliki perasaan rindu
pada tingkat yang sama. Ketika saya harus kehilangan sahabat saya. Dia memang
tidak pergi selama-lamanya, saya meyakini, dia hanya pergi sebentar ke kota yang
berbeda pulau dengan Jawa. Dan, perasaan ini jujur saja masih menghantui saya
sampai pada detik saya menulis artikel ini bahkan mungkin sesudahnya.
Hal-hal kecil itu seperti… saya rindu ketika saya dapat
berbicara dengannya meski terkadang obrolan itu tidak penting atau bahkan
menjadi obrolan yang tidak jelas baginya, saya rindu ketika saya dapat duduk
bersampingan dengannya, saya rindu dapat menggodanya dengan candaan-candaan
saya yang mungkin terdengar menggelikan di telinganya namun saya senang karena
dia dapat tertawa dengan candaan saya, saya rindu ketika dia menemani saya
sewaktu makan siang walaupun terkadang kami menghabiskannya hanya dengan
berdiam diri namun seakan dalam ‘diam’-nya itu terdapat perasaan nyaman yang
singgah, saya rindu ketika dulu kami berdua sempat berdua di perpustakaan di
luar jam sekolah he he he, dan terakhir saya juga rindu menceritakan hal-hal
yang bahkan tidak pernah saya ceritakan pada orang lain sebelumnya selain kepada dia.
Mungkin, akan tiba saatnya juga di mana saya akan merindukan
momen-momen ketika bisa berkirim pesan secara rutin setiap hari dengannya untuk
obrolan-obrolan kecil namun bagiku obrolan itu tetap menjadi obrolan yang
menyenangkan.
Sewaktu masuk sekolah nanti untuk mengawali kelas 12,
pastilah saya akan merindukan sosoknya di dalam kelas.
Terkadang, jika kita tidak bisa mengendalikan dan
menyampaikan perasaan rindu itu dengan baik justru menimbulkan sesak dalam
dada. Sama seperti yang saya alami. Maka dari itulah saya menuliskannya dalam
buku harian online saya, seakan saya
dapat mengurangi perasaan sesak itu hanya dengan membagikannya dalam blog.
Saya tidak yakin apakah dua orang yang saya maksud dalam
tulisan ini membacanya. Tapi… Mereka berdua orang terhebat yang pernah kukenal!
Itulah hal-hal kecil yang saya rindukan bersama dengan
orang-orang yang saya sayangi. Masih banyak lagi hal-hal kecil yang saya
rindukan bersama dengan saudara sepupu, atau teman-teman di kelas 12 IPA nanti.
Apalagi, mengingat sebentar lagi kami semua akan lulus dan menuju pada jalannya
masing-masing, pada universitas dan jurusannya masing-masing.
Saya pasti akan rindu mendengar celotehan-celotehan mereka,
saya pasti akan rindu melihat beberapa anak menjahili guru di sekolah, saya
pasti akan rindu mendengar tawa ceria mereka, saya pasti akan rindu melihat
mereka di dalam kelas, saya pasti akan merindukannya.
Dan, rindu itu pasti hanya akan tertahan dalam hati, sampai
kami dapat bertemu kembali dan mengulang semuanya kembali dengan lebih baik.
Yang akan selalu merindu,
Tessia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar