Kamis, 12 November 2015

A F R A I D

Hampir setiap malam, gadis kecil itu selalu membutuhkan teman untuk berbicara. Mungkin, tidak hanya setiap malam tiba, tetapi bisa saja setiap saat gadis kecil itu memang membutuhkan teman untuk berbicara. Mengenai hal-hal apa yang menyedihkan baginya, mengenai peristiwa-peristiwa konyol apa yang dialaminya, mengenai bagaimana dia dapat berubah dari gadis yang riang menjadi gadis pendiam. Gadis yang akhirnya dijauhi oleh banyak orang di sekitarnya.

Kecuali, satu orang sahabatnya yang luar biasa. Yang tetap memilih untuk berdiri di sampingnya, menemaninya sepanjang waktu. Entah sampai kapan sahabatnya itu akan tetap berada di sisinya, akan tetapi, jikalau gadis itu diberi hak suara untuk menyatakan keinginannya. Maka, gadis itu akan menahan sahabatnya itu agar jangan pernah pergi dari sisinya.

Akan tetapi, gadis itu tidak memiliki hak. 
Dia hanya dapat membiarkan dirinya terkurung dalam ketakutan yang mendalam.
Takut untuk kehilangan.
Kehilangan orang-orang yang dicintainya.

Gadis itu sudah mulai terbiasa dengan sikap orang 'pada umumnya' yang datang dan pergi dalam kehidupannya begitu cepat.
Akan tetapi, kalaulah gadis itu berharap, dia ingin menyampaikan keinginannya dari dalam lubuk hati terdalam. Jangan sampai orang-orang yang dicintainya pun pergi begitu saja dari kehidupannya. Tidak mudah bagi orang lain untuk menerima dirinya dan sifat emosionalnya itu. Gadis itu sangat tahu.  Maka dari itu, pada orang-orang yang tetap tinggal di sisinya sampai sekarang, dia sampaikan terima kasih teramat sungguh, jauh dari dalam lubuk hatinya, Kawan.

Akan tetapi, akhir-akhir ini, kesepiannya makin menjadi-jadi. 
Hampir setiap malam, gadis itu menangis di ujung ruangan kamar dan mengadukan segala kesedihannya pada dinding dan kegelapan yang melahap.
Terkadang, sakit yang dia rasa telah melampaui batas kekuatannya itu membuat dia bahkan harus menyakiti dirinya sendiri. Gadis itu memukul dadanya kencang-kencang, berharap sakit yang ditimbulkan karena pukulannya itu dapat mengalahkan rasa sakit hati yang ia rasakan.
Namun, metode itu selalu gagal.

Kawan, kamu tidak akan pernah dapat mendengar tangisan gadis itu pada malam hari.
Dan, tidak akan pernah tahu.
Apabila kamu dapat mengetahui apa yang ia pikirkan. Mungkin, kamu pun akan menangis pula.

Bagaimana tidak?
Dia hampir selalu melakukan 'yang terbaik' 
Akan tetapi, orang-orang seakan mengabaikannya.
Mereka hanya melihat apa yang tidak bisa gadis kecil itu lakukan.
Mereka hanya melihat orang lain. 
Bukan gadis kecil itu.
Gadis kecil yang telah berusaha itu.
Kini, dia merasa invisible.
Jangan tertipu pada senyumnya yang melengkung sempurna pada wajahnya itu.
Senyum yang mampu menutupi tangisan dari dalam hatinya yang terdiam.
 
Dia sangat sadar bahwa dia telah memiliki sahabat yang sangat berarti dalam hidupnya. Namun, disisi lain, pada waktu-waktu tertentu, ada saatnya dimana dia mengulang kembali segala peristiwa yang ia alami sepanjang hari sepanjang minggu, bulan, bahkan tahun. Dan, sekali lagi, dia benar-benar merasa kesepian, sendirian yang begitu mendalam.
Ada saatnya dimana ketika dia membutuhkan seorang teman untuk mengobrol namun orang-orang yang disayanginya sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing, atau terlalu lelah dengan aktivitasnya sehingga membutuhkan istirahat. Terlalu egois jika gadis itu memaksa mereka untuk menemani dia di malam hari yang begitu larut. Meski, terkadang, dia berharap pula, ada salah satu diantara mereka menemaninya kala itu. Namun, gadis itu membiarkan harapan itu lambat laun dia bungkam sendiri saja.




Yang menjadi permasalahan bagi gadis kecil itu adalah... Semakin hari, perasaan 'membutuhkan orang untuk dijadikan teman berbicara' semakin kuat. Apalagi, ketika dia sedang sendirian di dalam kamar pada malam hari.

Ketika suatu hari, gadis itu mulai mempertanyakan apakah hal semacam ini sudah dapat dikatakan sebagai bentuk dari gangguan mental? Dia mulai menemukan sebuah artikel yang membuatnya mulai bersikap paranoid.


Dia takut.
Karena perasaan kesepian berkepanjangan.
Karena perasaan yang merasa bahwa tidak ada orang yang mau menemaninya bercerita banyak lagi.

Dia jatuh dalam obat antidepresan.
Dia pergi ke tempat terapi mental.
Pergi pada psikolog.

Lalu, diberi cap oleh orang lain menjadi orang yang lebih aneh lagi daripada yang sebelumnya.
Bahkan mungkin akan ada lebih banyak orang lagi menjauhi dia.


Apakah berusaha mendapatkan rasa peduli dari teman-teman, dan orang-orang di sekitarnya merupakan salah satu gangguan mental?
Apakah hal tersebut dapat disamakan dengan 'cari perhatian'?

Kalau begitu, gadis itu dapat dikatakan memiliki gangguan mental karena telah berusaha menyampaikan perasaannya melalui status di media sosial. Hampir selalu setiap hari dia melakukannya, meskipun pada akhirnya tidak ada yang memperhatikan postingan dia.
Tidak ada yang peduli apakah dia hari ini kesepian atau tidak.

 Sampai sekarang, gadis itu masih menanyakan alasan di balik perasaan kesepian yang menimpa dia.
Mengapa orang-orang tanpa menyebutkan penyebabnya pada gadis itu tetapi berusaha menjauhinya begitu saja tanpa dosa?
Mengapa begitu mudah orang-orang meninggalkan gadis itu sendirian?
Mengapa tidak ada yang 'mengerti' luka dalam hati gadis itu?

Mengapa semua orang hanya memperhatikan kesalahannya saja tanpa mempedulikan kesedihan dan sakit yang dialaminya?

Mengapa?


 It’s alright,
you can stop,
you did all you could
It’s alright,
you can just let it go now
Because you’re so awkward around people
You toss and turn all night
But don’t try so hard by yourself
Don’t force it
-Gonna be Alright

Tidak ada komentar:

Posting Komentar