Selasa, 02 Februari 2016

Aku ingin menjadi malaikat.


Hai..
Apa kabar?
Kabarku, ya..  cukup baik :)
Postingan ini lagi-lagi berisi mengenai curahan hati dan dibumbui oleh sedikit pemikiran (yang kadang, sedikit ngawur) mengenai suatu permasalahan yang saya hadapi.
Ya, kemarin malam, saya sempat mengalami insomnia.
Entahlah, hidup saya sepertinya beberapa tahun terakhir ini sering mengalami goncangan mental.
I'm feeling broken.

 Ternyata, untuk menyanyangi seseorang, kita juga harus mempersiapkan hati untuk terluka.
Tetapi, walaupun kamu mengetahui apa yang akan terjadi. Tetap saja, luka itu tidak bisa dihindari. Ujung mata pisaunya tetap akan menggores hatimu, membuatmu merasa meringis kesakitan dan menangis.
Mirisnya lagi, luka yang diakibatkan oleh orang-orang yang kamu sayangi seringkali muncul tak tahu waktu dan tempat.Kata orang, waktu adalah obat alami dalam penyembuhan luka. Tetapi, berdasarkan pengalaman pribadi saya.. sebenarnya, luka itu tidak sembuh. Manusia hanya belajar untuk menyesuaikan diri dengan luka yang ia alami.
Jujur saja, deh. Pasti dengan orang yang kalian sayangi, kamu pernah beberapa kali bermusuhan dengan dia bukan?  Saya tahu apa yang kalian rasakan. Pasti hati kalian merasa tidak nyaman, seperti ada lubang menganga karena entah substitusinya pergi kemana.
Saya belajar bahwa ketika kamu menyanyangi seseorang dengan sungguh, akan sangat sulit bagimu untuk bermusahan berlama-lama dengan dia, tidak berkomunikasi, ataupun tidak memedulikan dia.
Memang. Dalam suatu pertengkaran, pastilah selain rasa sayang terdapat sedikit ego darimu yang tidak mau menyampaikan permintaan maaf terlebih dahulu. Akan tetapi, jikalau kamu lebih menghargai hubunganmu dari sekedar keegoisanmu belaka. Apa salahnya jika kamu meminta maaf duluan? Percaya atau tidak, orang itu pun pasti akan bahagia apabila kamu mengajaknya berbaikan. Siapa yang betah berlama-lama bermusuhan dengan orang yang ia sayangi?
Apabila kamu menyanyangi orang yang ternyata lebih menyanyangi orang lain dibandingkan dengan kamu. Maka, janganlah patah hatimu. Tetaplah, kamu menemani dia tanpa memedulikan respon yang kamu dapatkan. Terkadang, menyanyangi orang lain memang memerlukan sedikit pengorbanan hati. Tetapi, percayalah... Apabila kamu tulus melakukannya. Hati siapa yang tidak tersentuh? Hati Tuhan pun akan tersentuh. Dia akan menganugerahkan kasih karunia-Nya kepadamu dan orang yang kamu sayangi. Dia sendiri akan menyertai hubungan kalian berdua (persahabatan, percintaan, keluarga).
Salah satu tokoh yang cinta-Nya patut untuk diteladani adalah Tuhan Yesus. Dimana Tuhan Yesus sendiri rela menderita di atas kayu salib, diludahi oleh manusia hina, dihina dengan kejam, dihajar habis-habisan. Tetapi, apakah Tuhan Yesus menyerah dan membatalkan janji keselamatan-Nya pada umat manusia? Tidak bukan? Tuhan Yesus bahkan masih sempat berdoa pada Bapa untuk mengampuni dosa manusia yang telah menghina-Nya.
Saya pribadi, ingin belajar memiliki hati seperti Tuhan. Entahkah diriku dibenci atau tidak, saya tetap dapat menyanyangi dan memedulikan dia dengan segenap hati. Saya ingin menjadi 'malaikat' dalam kehidupan orang-orang yang saya sayangi.
Selagi saya masih memiliki kedua tangan untuk merengkuh dan memberikan dia kehangatan,
kedua kaki yang akan berlari untuk mengejar kepergiannya dia,
hati untuk menyanyangi dia.
kedua telinga untuk mendengarkan keluh kesahnya,
kedua mata untuk menangis bersama dengannya,
mulut untuk tertawa, tersenyum, bahkan berbagi kisah dengannya.
Selama saya masih dapat menghirup oksigen
Saya ingin...
Ingin sekali menjadi anak yang baik bagi 'orang tua' saya
sahabat yang baik bagi 'sahabat' saya 
murid yang baik bagi 'pengajar' saya
Saya ingin..
Ingin menjadi malaikat...
...dalam hati 'mereka' yang sudah terlebih dahulu menjadi malaikat dalam hidupku.
Sebelum terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar