Hella, Guys..
Pertama-tama, saya mau menghaturkan minta maaf yang sebesar-besarnya karena jarang menemani teman-teman semua :(
Seusai saya membaca blog kak Izzati, tiba-tiba, tangan saya jadi gatal ingin membagikan suatu perenungan atau lebih tepatnya, kekalutan yang sedang saya alami sekarang ini. Sekalian curhat sih, maksudnya. Hehehe XD
Tadi pagi, saya baru tiba di Malang jam 5 pagi. Dijemput pulang ke rumah sekitar jam setengah 7 pagi. Begitu sampai di rumah, saya langsung merapikan pakaian, barang-barang bawaan, mandi, dan....sampai akhirnya, di sinilah saya. Di depan laptop untuk membagikan sedikit dari banyak kegalauan yang entah kenapa selalu hadir seberapa keras pun saya melarangnya kembali.
Sahabat.
Satu kata tapi penuh makna.
Semua orang. Entah anak kecil, remaja sampai orang tua memerlukan 'orang lain' dalam hidupnya yang mampu menjadi tempat curhat, tempat berbagi rasa baik itu suka maupun duka, berbagi pikiran, berbagi candaan yang walau kadang konyol toh sepasang sahabat itu akan tertawa juga *paling tidak nyengir*, berbagi informasi, berbagi lagu, berbagi tempat, yah.. bisa dikatakan berbagi segalanya.
Dulu, saya menganggap remeh kata sahabat.
Terutama sewaktu saya masih SD.
Saya pikir, sahabat adalah teman-teman yang selama ini selalu berjalan bersama-sama dengan saya ke kantin.
Saya pikir, sahabat adalah teman-teman yang selama ini selalu berkirim pesan dengan saya sepanjang hari dari pulang sekolah sampai malam.
Tapi, pikiran saya salah.
Ya, salah. Kenapa?
Selepas dari SD, kami tidak lagi saling berkomunikasi. Hubungan kami tiba-tiba putus begitu saja padahal Facebook saat itu begitu eksis. Dan, kami sama-sama memiliki akun FB.
Tapi, tidak ada di antara kami yang saling menyapa atau sekedar bertanya, "Apa kabar?"
Pernah, sih.
Sekali itu, saya coba mengiriminya pesan, "Haii... Apa kabar?"
Dia pun membalasnya. Ya, membalas.
Percakapan berlangsung. Tapi, ada yang aneh di dalam percakapan kami.
Sebab, percakapan itu berlangsung dengan canggung.
Kami tidak lagi saling berkirim pesan apalagi menelepon untuk sekedar berbicara mengenai game di Facebook.
Meaningless..
Meaningless??
Ya, semua canda tawa kami terasa menjadi meaningless
semua waktu dimana kami jalan bersama itu menjadi meaningless
Yeah, they becomes people that I ever knew before..
Berpindah ke SMP..
Sigh..
Saya tidak terlalu memikirkan hubungan pertemanan saya semasa SMP.
Pikiran saya sepenuhnya terpusat pada ambisi untuk menjadi yang terbaik.
Dan, saya pun berhasil.
Ya, berhasil.
Meskipun, sebagai bayarannya, saya tidak mempunyai teman dekat.
Bayangkan setiap tidak ada guru mata pelajaran, teman duduk bangku saya selalu berpindah ke tempat lain dan saya ditinggal sendirian.
Bayangkan setiap yang lain membeli makan siang bersama, saya berjalan sendirian di luar.
Bayangkan setiap yang lain makan siang bersama di suatu tempat dengan bergerombol, saya duduk sendirian di meja kelas saya.
Oke, tidak perlu sampai dibayangkan juga sih.
Yang pasti, saya sendirian.
Teman dekat saja saya tidak punya apalagi sahabat?
But, I'm still fine.
Really...
I still enjoy my life.
3 tahun di SMP berjalan.
Tetap ada kenangan.
Tetap ada teman-teman tertentu dengan ciri khasnya sendiri melekat pada kenangan saya.
Tidak tahu juga bagaimana dengan yang lain. Apakah mereka juga akan mengenang saya?
Pada saat itu, saya masih tidak terlalu peduli pada hal-hal demikian sepelenya *menurut saya dulu*
Tapi, saya salah.
Salah besar.
Diam-diam, ada sesuatu yang retak di dalamnya.
Hanya menunggu disentuh saja, retakan itu akan runtuh. Hancur.
Seperti bom waktu.
Hanya tinggal menunggu kapan waktunya 'hati' ini akan meledak.
Dan, sepertinya, saya tahu jawabannya.
Sekarang
Ya, sekarang.
Tiba-tiba saja pada satu hari itu, saat saya duduk di bangku kelas 2 SMA, saya merasa benar-benar sendirian.
Benar-benar kesepian.
Yang lebih menyakitkannya lagi, memori-memori masa lalu begitu rusuh memaksa otak saya untuk memutarnya kembali bagai film dokumenter.
Semuanya tergambar jelas. Sangat jelas.
Bagaimana sejak SD, saya menjadi pembantu.
Saya tidak pernah diajak membeli jajan bersama di kantin.
Teman yang sempat 'dekat' dengan saya hanya mengajak 'teman'-nya yang lain.
Dan, saya pun hanya mengikuti mereka dari belakang.
Bagaimana sejak SD, saya memang jarang sekali bergabung dengan yang lain.
Dan, yang lain pun tidak pernah mengajak saya bergabung.
Meski itu hanya sekedar mengajak saya jalan-jalan di pusat perbelanjaan.
Bagaimana sejak SD, saya begitu mudah dilupakan.
Seperti tidak pernah menjadi 'sesuatu' yang pantas untuk diingat.
Lalu, saat SMP.
Bagaimana saya selalu sendirian di ujung depan ruangan kelas.
Hanya bergelut dengan buku dan alat tulis yang berserakan.
Bagaimana saya hanya diberi kesempatan untuk tertawa
Tertawa bukan untuk candaan yang sebenarnya bukan diceritakan kepada saya namun kepada teman yang lain.
Saya tertawa menikmati candaan yang tidak dibuat untuk menghibur saya.
Bagaimana saya hanya berjalan membeli makan siang sendirian, menyendoknya satu demi satu secara perlahan lalu menghabiskannya....
Sigh.
Sendirian.
Terkadang memikirkannya saja mampu membuat mata saya berkaca-kaca.
Bahkan tidak jarang mampu membuat saya mengalirkan air mata.
Kenapa?
Karena kalau dipikir-pikir...
Hidup saya ini begitu menyedihkan ya?
Ketika orang lain bisa bersama dengan teman-temannya.
Bercanda bersama.
Menangis bersama.
Makan bersama.
Berbagi cerita bersama.
Jalan bersama.
Duduk bersama.
Chattingan bersama.
Saya malah bengong sendirian. Bertopang dagu di atas meja dengan pandangan menerawang.
Kenapa saya seperti ini?
Ya Tuhan.
Saya berada di satu titik.
Dimana saya ingin sekali memiliki 'seseorang' yang selalu berada untuk saya.
Dimana saya ingin sekali ada 'seseorang' yang mengerti luka-luka saya dan berusaha untuk mengobatinya.
Dimana saya begitu senang menerima pesan singkat, "Lagi apa?" dari orang lain yang dulunya saya anggap "biasa".
Apa saya egois?
Apa saya salah?
Apa saya tidak berhak mendapatkannya?
Apa saya begitu bodoh?
Apa saya pantas sendirian?
Apa saya akan seperti ini terus menerus?
Apa saya telah menginginkan hal yang terlalu berat?
Apa, apa dan APA!!
Dan, lagu Fix You pun mengalun. Lembut. Begitu hening. Menyampaikan kalimat-kalimat penguatannya pada saya.
When you try your best, but you don't succeed
When you get what you want, but not what you need
When you feel so tired, but you can't sleep
Stuck in reverse
And the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone, but it goes to waste
Could it be worse?
I'm just afraid.
Ya, kegalauan saya setelah kesepian adalah takut.
Takut kehilangan sesuatu yang tidak akan bisa saya gantikan.
Saya takut, ketika saya telah mendapatkan 'sahabat' itu
Saya terlalu menyanyanginya sampai tidak bisa melepasnya pergi.
Dan, kalau sudah begitu.
Bagaimana jika saya sudah terlalu menyanyanginya dan menganggapnya sahabat tapi dia malah menganggapku sebagai teman biasa? Sama seperti teman SDku dulu?
Hmm?
Sayangnya.
Sekali, aku sayang dengan seseorang sulit untuk mengurangi rasanya.
Saya takut.
Kalau-kalau nanti saya menjadi sahabat yang buruk.
Yang mendukakan hatinya.
Yang tidak menyenangkan.
Menjadi segalanya yang buruk bagi dia.
Saya takut..
Tapi, bagaimana jika dia tidak senang bersama dengan saya?
Lights will guide you homeSiapa?
And ignite your bones
And I will try to fix you
Who will try to fix me?
Someone?
Anybody out there?
And high up above or down below
When you're too in love to let it go
But if you never try you'll never know
Just what you're worth
Kalau sudah begitu, apakah saya benar-benar harus melepasnya?
Apa saya benar-benar tidak pantas untuk memiliki seorang sahabat saja dalam hidupnya?
Hmm?
Apa mungkin saya akan terbiasa dengan luka-luka ini?
Apakah mungkin saya akan terbiasa dengan kondisi seperti ini?
Mata yang bengkak apakah lama-kelamaan akan pergi meninggalkan saya?
I'm really waiting for that blessings.
Menunggu seseorang yang akan merindukan saya ketika saya tidak ada.
Menunggu seseorang yang akan menanyakan saya, "kamu nggak apa-apa?" di saat saya sedang bersedih.
Menunggu seseorang yang akan menjadi teman berbicara saya untuk setiap hal-hal kecil sekalipun.
Menunggu seseorang yang tidak akan meninggalkan saya...
Sendirian..
..Lagi.
Apa mungkin?
Apa
itu
mungkin,
Tuhan?
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.