Sabtu, 11 Juli 2015

Tentang Lagu: When Your Feet Don't Touch The Ground



Kemarin, iseng-iseng, saya membuka I-Tunes dan mencari nama Ellie Goulding di sana. Kemudian, ketika hasil pencarian itu muncul, foto album yang saya pilih adalah Helycon. Di antara deretan judul lagu yang beberapa sudah pernah saya dengar, saya pun tertarik untuk mendengarkan lagu yang berjudul When Your Feet Don’t Touch The Ground.

Lagu yang saya rasa memiliki lirik cukup dalam dan terdengar menyedihkan. Di sisi lain, saya juga mengangguk setuju pada kalimat-kalimat lirik yang dinyanyikan tersebut. Saya merasa seakan lagu ini ‘menyanyikan’ kesedihan saya, kegundahan saya.

Bukankah kalian juga pernah merasakan hal yang sama dengan saya ketika menemukan sebuah lagu yang seperti menyanyikan kisah hidup kalian? Kesedihan kalian?

Dan, lagu When Your Feet Don’t Touch The Ground ini merupakan salah satu lagu yang saya rasa cocok dengan perasaan saya saat ini.

When did life become so complicated?
Years of too much thought and time I wasted
 And in each line upon my face
 Is proof I fought and lived another day

Sejak kapan hidup terasa menjadi sangat kompleks? Saya pun menjadi bertanya-tanya. Saya rasa, sewaktu saya kecil, hidup saya berjalan cukup menyenangkan. Salah satu hal yang menurut saya paling menyusahkan hati pada waktu kecil adalah ketika saya dimarahi oleh orang tua saya. Hanya itu. Sewaktu kecil, saya pikir, saya tidak memikirkan masalah-masalah hidup yang cukup pelik, Masa ketika saya tidak mengerti apa itu krisis ekonomi, bagaimana rasanya dikecewakan, dikhianati dan disakiti, bagaimana rasanya menyanyangi orang lain dengan sepenuh hati, bagaimana ternyata dalam hidup ini kita dikelilingi oleh banyak lawan di sekitar kita. Pada saat itu, saya benar-benar dalam keadaan baik-baik 

Seiring timbulnya garis-garis pada wajah seakan membuktikan bahwa sudah begitu banyak waktu yang telah dilalui. Di mana pada setiap harinya itu pastilah terdapat berbagai macam pertarungan-pertarungan hidup yang harus ditaklukan. Entah itu pertarungan dalam urusan pendidikan, pertarungan dalam pekerjaan, bahkan juga pertarungan batin. Semakin hari, medan yang harus ditanggung oleh manusia pastilah akan semakin berat. Dibutuhkan kekuatan yang kokoh dari Tuhan Maha Kuasa agar kita mampu melewati setiap harinya dengan baik

When did life become this place of madness?
Drifting on an empty sea of waves and sadness?

I make believe I’m in control
And dream it wasn’t my fault

Sejak kapan hidup menjadi tempatnya kesedihan? Tempatnya kegelisahan, kekecewaan? Mungkin, sejak kita pertama kali dilahirkan dalam Bumi pun tempat ini memanglah sudah menjadi tempat yang demikian hanya saja kita yang tidak merasakannya karena pikiran anak kecil masih sangat polos. Tidakkah kita sadar bahwa pertama kali kita terlahir dalam Bumi pun kita sudah menangis?
Saya percaya, bahwa seluruh kesedihan saya semuanya masih berada dalam kontrol seraya berandai-andai bahwa semua kesedihan itu bukanlah kesalahan saya. Sebab, seringkali, saya berpikiran bahwa segala bentuk kekecewaan yang saya alami merupakan kesalahan saya sendiri bukanlah orang lain. Ketika banyak orang lain tidak mempedulikan saya, saya terkadang berpikiran bahwa mungkinkah ini semua salahku? Ketika orang yang dulunya sempat dekat dengan saya kemudian secara perlahan-lahan mulai bergerak menjauh, saya juga berpikiran apa yang salah denganku? 

Semakin dipikirkan, rasanya pikiran saya semakin suntuk, gelap. Banyak orang-orang yang sempat hadir dalam kehidupan saya pergi begitu saja tanpa meninggalkan alasan yang jelas.

When your feet don’t touch the ground
When your voice won’t make a sound
Here, it’s safe, in this place, up off the clouds
               
When your feet don’t touch the earth
You can’t feel the fates that hurt
And, you’re free, there’s no need to came down
When your feet don’t touch the ground

Saya pada akhirnya mengerti mengapa orang lain sering menghibur kerabatnya yang sedang berduka cita atas kematian keluarganya atau sahabatnya atau orang-orang terdekatnya yang lain dengan kalimat, “Tuhan memanggil mereka terlebih dahulu karena Tuhan menyanyangi mereka.” Ya, saya mengerti.

Ketika pada suatu saat nanti, kita dipanggil oleh Tuhan untuk kembali pada-Nya, maka jiwa kita akan meninggalkan Bumi tempat dia hidup untuk sementara waktu menuju ke tempat yang lebih baik, sangat baik dalam artian ‘baik yang tidak dapat didefinisikan oleh bahasa manusia’. 

Pada saat kita sudah membumbung di atas awan sana, jauh…. Menuju tempat di mana Tuhan yang telah dipersiapkannya, kita pun telah meninggalkan berbagai luka serta kepedihan di Bumi. Kita tidak perlu merasakan hati kita tercabik oleh karena perbuatan orang lain, perasaan kehilangan yang menyakitkan, kecewa, ketakutan, dan kekhawatiran. Dari sana, kita dapat mengamati orang-orang kesayangan kita masih berjuang melawan pertarungan-pertarungan dalam hidupnya di sepanjang hari. Mungkin, kita merasa sedikit bersedih karena kehilangan mereka. Namun, bukankah dari sana kita pun masih dapat memperhatikan mereka dengan memanjatkan doa-doa kepada Tuhan untuk mereka? 

Everyday just feels a little longer
Why am I the only one not getting stronger?
Running around pretending life’s a play 
It doesn’t make the darkness go away

I may be young but I can still remember 
Feeling full of joy, crying tears of laughter 
Now all my tears are all cried out 
Make-believe, but count me out

Jika hidup sudah tidak terasa lagi menyenangkan, maka setiap harinya akan selalu terasa berjalan lebih lama dibandingkan dengan biasanya. Ketika kita merasa bahwa hari berjalan ‘lebih lama’ dibandingkan biasanya, mungkinkah kita juga akan merasa bahwa kita memiliki kekuatan yang ‘lebih’ pula di setiap harinya untuk menghadapi hari-hari itu? Bukankah sebagian orang di Bumi ini menganggap bahwa hidup ini hanya digunakan untuk kesenangan belaka? Akankah dengan menganggapnya demikian maka kegelapan pun akan pergi? Kesedihan? Kehampaan?

Dulu, kita merasa bahwa hidup kita penuh dengan kebahagiaan, air mata pun keluar sebagai tanda bahwa kita terlalu bahagia pada momen tersebut.

Bagaimana dengan sekarang? Kali ini, tidak hanya setetes atau dua tetes air mata saja yang mengalir. Sudah tak terhitung jua jumlah air mata yang keluar karena bibir kita tidak mampu lagi mengucapkan kesedihan-kesedihan yang dirasakan.  

I was once like you 
Life was a maze 
I couldn’t find my way out 
But what I say is true
You will be amazed
Make-believe and you will find out that it’s true
               
Semua orang pernah mengalami kesedihan itu, kesepian itu, kekecewaan itu.

Akan tetapi, tetaplah percaya dalam hati bahwa semua  yang dirancangkan Tuhan dalam kehidupan ini adalah baik, Kawan. Semua baik, sungguh teramat baik. Dan, suatu saat nanti, kau pasti akan terkejut pada keindahan yang telah Ia persiapkan di depan sana, ketika kau telah berhasil melewati segala tantangan hidup beserta dengan kesedihan yang selalu mengikuti di belakangnya padamu.




Yang juga sedang berjuang melawan kesedihan,
Tessia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar