Kemarin, iseng-iseng, saya membuka I-Tunes dan mencari nama
Ellie Goulding di sana. Kemudian, ketika hasil pencarian itu muncul, foto album
yang saya pilih adalah Helycon. Di
antara deretan judul lagu yang beberapa sudah pernah saya dengar, saya pun
tertarik untuk mendengarkan lagu yang berjudul When Your Feet Don’t Touch The
Ground.
Lagu yang saya rasa memiliki lirik cukup dalam dan terdengar
menyedihkan. Di sisi lain, saya juga mengangguk setuju pada kalimat-kalimat
lirik yang dinyanyikan tersebut. Saya merasa seakan lagu ini ‘menyanyikan’
kesedihan saya, kegundahan saya.
Bukankah kalian juga pernah merasakan hal yang sama dengan
saya ketika menemukan sebuah lagu yang seperti menyanyikan kisah hidup kalian?
Kesedihan kalian?
Dan, lagu When Your
Feet Don’t Touch The Ground ini merupakan salah satu lagu yang saya rasa
cocok dengan perasaan saya saat ini.
When did life become so complicated?Years of too much thought and time I wastedAnd in each line upon my faceIs proof I fought and lived another day
Sejak kapan hidup terasa menjadi sangat kompleks? Saya pun
menjadi bertanya-tanya. Saya rasa, sewaktu saya kecil, hidup saya berjalan
cukup menyenangkan. Salah satu hal yang menurut saya paling menyusahkan hati
pada waktu kecil adalah ketika saya dimarahi oleh orang tua saya. Hanya itu.
Sewaktu kecil, saya pikir, saya tidak memikirkan masalah-masalah hidup yang
cukup pelik, Masa ketika saya tidak mengerti apa itu krisis ekonomi, bagaimana
rasanya dikecewakan, dikhianati dan disakiti, bagaimana rasanya menyanyangi
orang lain dengan sepenuh hati, bagaimana ternyata dalam hidup ini kita
dikelilingi oleh banyak lawan di sekitar kita. Pada saat itu, saya benar-benar dalam keadaan baik-baik
Seiring timbulnya garis-garis pada wajah seakan membuktikan
bahwa sudah begitu banyak waktu yang telah dilalui. Di mana pada setiap harinya
itu pastilah terdapat berbagai macam pertarungan-pertarungan hidup yang harus
ditaklukan. Entah itu pertarungan dalam urusan pendidikan, pertarungan dalam
pekerjaan, bahkan juga pertarungan batin. Semakin hari, medan yang harus
ditanggung oleh manusia pastilah akan semakin berat. Dibutuhkan kekuatan yang
kokoh dari Tuhan Maha Kuasa agar kita mampu melewati setiap harinya dengan baik
When did life become this place of madness?
Drifting on an empty sea of waves and sadness?
I make believe I’m in control
And dream it wasn’t my fault
Sejak kapan hidup menjadi tempatnya kesedihan? Tempatnya
kegelisahan, kekecewaan? Mungkin, sejak kita pertama kali dilahirkan dalam Bumi
pun tempat ini memanglah sudah menjadi tempat yang demikian hanya saja kita
yang tidak merasakannya karena pikiran anak kecil masih sangat polos. Tidakkah
kita sadar bahwa pertama kali kita terlahir dalam Bumi pun kita sudah menangis?
Saya percaya, bahwa seluruh kesedihan saya semuanya masih
berada dalam kontrol seraya berandai-andai bahwa semua kesedihan itu bukanlah kesalahan saya. Sebab, seringkali, saya
berpikiran bahwa segala bentuk kekecewaan yang saya alami merupakan kesalahan
saya sendiri bukanlah orang lain. Ketika banyak orang lain tidak mempedulikan
saya, saya terkadang berpikiran bahwa mungkinkah
ini semua salahku? Ketika orang yang dulunya sempat dekat dengan saya
kemudian secara perlahan-lahan mulai bergerak menjauh, saya juga berpikiran apa yang salah denganku?
Semakin dipikirkan, rasanya pikiran saya semakin suntuk,
gelap. Banyak orang-orang yang sempat hadir dalam kehidupan saya pergi begitu
saja tanpa meninggalkan alasan yang jelas.
When your feet don’t touch the groundWhen your voice won’t make a soundHere, it’s safe, in this place, up off the cloudsWhen your feet don’t touch the earthYou can’t feel the fates that hurtAnd, you’re free, there’s no need to came downWhen your feet don’t touch the ground
Saya pada akhirnya mengerti mengapa orang lain sering
menghibur kerabatnya yang sedang berduka cita atas kematian keluarganya atau
sahabatnya atau orang-orang terdekatnya yang lain dengan kalimat, “Tuhan
memanggil mereka terlebih dahulu karena Tuhan menyanyangi mereka.” Ya, saya
mengerti.
Ketika pada suatu saat nanti, kita dipanggil oleh Tuhan
untuk kembali pada-Nya, maka jiwa kita akan meninggalkan Bumi tempat dia hidup
untuk sementara waktu menuju ke tempat yang lebih baik, sangat baik dalam
artian ‘baik yang tidak dapat didefinisikan oleh bahasa manusia’.
Pada saat kita sudah membumbung di atas awan sana, jauh….
Menuju tempat di mana Tuhan yang telah dipersiapkannya, kita pun telah
meninggalkan berbagai luka serta kepedihan di Bumi. Kita tidak perlu merasakan
hati kita tercabik oleh karena perbuatan orang lain, perasaan kehilangan yang
menyakitkan, kecewa, ketakutan, dan kekhawatiran. Dari sana, kita dapat
mengamati orang-orang kesayangan kita masih berjuang melawan
pertarungan-pertarungan dalam hidupnya di sepanjang hari. Mungkin, kita merasa
sedikit bersedih karena kehilangan mereka. Namun, bukankah dari sana kita pun
masih dapat memperhatikan mereka dengan memanjatkan doa-doa kepada Tuhan untuk
mereka?
Everyday just feels a little longer
Why am I the only one not getting stronger?
Running around pretending life’s a play
It doesn’t make the darkness go away
I may be young but I can still remember
Feeling full of joy, crying tears of laughter
Now all my tears are all cried out
Make-believe, but count me out
Jika hidup sudah tidak terasa lagi menyenangkan, maka setiap
harinya akan selalu terasa berjalan lebih lama dibandingkan dengan biasanya.
Ketika kita merasa bahwa hari berjalan ‘lebih lama’ dibandingkan biasanya,
mungkinkah kita juga akan merasa bahwa kita memiliki kekuatan yang ‘lebih’ pula
di setiap harinya untuk menghadapi hari-hari itu? Bukankah sebagian orang di
Bumi ini menganggap bahwa hidup ini hanya digunakan untuk kesenangan belaka?
Akankah dengan menganggapnya demikian maka kegelapan pun akan pergi? Kesedihan?
Kehampaan?
Dulu, kita merasa bahwa hidup kita penuh dengan kebahagiaan,
air mata pun keluar sebagai tanda bahwa kita terlalu bahagia pada momen
tersebut.
Bagaimana dengan sekarang? Kali ini, tidak hanya setetes
atau dua tetes air mata saja yang mengalir. Sudah tak terhitung jua jumlah air
mata yang keluar karena bibir kita tidak mampu lagi mengucapkan kesedihan-kesedihan
yang dirasakan.
I was once like you
Life was a maze
I couldn’t find my way out
But what I say is true
You will be amazed
Make-believe and you will find out that it’s true
I was once like you
Life was a maze
I couldn’t find my way out
But what I say is true
You will be amazed
Make-believe and you will find out that it’s true
Semua orang pernah mengalami kesedihan itu, kesepian itu,
kekecewaan itu.
Akan tetapi, tetaplah percaya dalam hati bahwa semua yang dirancangkan Tuhan dalam kehidupan ini
adalah baik, Kawan. Semua baik, sungguh
teramat baik. Dan, suatu saat nanti, kau pasti akan terkejut pada keindahan
yang telah Ia persiapkan di depan sana, ketika kau telah berhasil melewati
segala tantangan hidup beserta dengan kesedihan yang selalu mengikuti di
belakangnya padamu.
Yang juga sedang berjuang melawan kesedihan,
Tessia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar