Minggu, 12 Juli 2015

Tentang Pembelaan


Hai, Readers!
Apa kabar?

Semoga tetap dalam lindungan Yang Maha Kuasa. Pada siang menjelang sore hari ini, saya ingin menyampaikan sedikit pembelaan saya terhadap orang tua saya yang sering dikatai dan direndahkan.

Saya tahu, keluarga saya tidak begitu kaya dan berlebihan ‘harta’ seperti anggota keluarga yang lain. Akan tetapi, bagi saya, tidaklah pantas hanya karena hal-hal kekayaan saja mereka mencemooh orang tua saya dan memandang rendah mereka. Saya bingung, bagaimana mereka dapat bersikap manis di hadapan orang yang ‘kaya’ sedangkan pada orang sederhana seperti keluarga saya ini mereka pandang sebelah mata?


Keluarga yang baik adalah keluarga yang sesungguhnya saling mengasihi satu sama lain, mendukung, dan menolong bila ada keluarganya yang kesulitan.

Saya jadi mengingat apa yang dikatakan oleh Mario Teguh. Ada anggota keluarga yang dalam statusnya memang merupakan ‘saudara’ kita tetapi belum tentu jiwanya ‘bersaudara’ atau ‘berkeluarga’ dengan kita. Anggota keluarga yang hatinya atau jiwanya belum ‘bersaudara’ dengan kita tidak pantas berada dalam lingkaran prioritas (lingkaran pertama), mereka cukup dipantaskan untuk masuk dalam lingkaran kedua.

Sejujurnya, luka di hati yang diakibatkan oleh penghinaan secara langsung maupun tidak langsung meninggalkan luka cukup dalam dan membekas dalam ingatan. Pain changes people, my dearest readers.

Pernah sekali waktu, saya mendengar, ada yang mengatakan bahwa papa saya merupakan orang yang pemalas. Ingin rasanya saya tertawa terbahak-bahak di hadapan wajah orang tersebut. Siapa yang mereka sebut pemalas? Papa saya sedari hari Senin sampai Sabtu membuka toko onderdil dan bengkel motor, berangkat sore menuju ke daerah yang memerlukan waktu 30 menit untuk sampai di sana dan membeli barang kulakan lalu pulang malam ke rumah dengan membawa banyak barang kulakan di sepeda motornya.

Itukah yang namanya pemalas?

Menurut saya, tukang pencemooh seperti itu perlu diberi pengertian bahwa manusia dilahirkan BUKAN UNTUK MENJADI HAKIM. Manusia dengan segala keterbatasannya, mampukah ia mengetahui segala kehidupan manusia termasuk dengan apa yang disembunyikannya? Tidak bukan? Lalu, mengapa mereka sibuk menghakimi satu sama lain?

Kekayaan sifatnya hanya sementara, Kawan. Dan, hukum karma pun masih berlaku.

Jujur saja, saya merasa tidak terima ketika mendengar orang lain mencemooh keluarga saya padahal mereka tidak mengetahui ‘apa-apa’ tentang kami. Istilahnya, mereka hanya mengetahui ‘kulit’ dari buahnya tetapi sudah menghakimi dan berbicara mengenai rasa dari buah tersebut.

Akan tetapi, saya ingin berterima kasih kepada mereka. Karena orang-orang berlidah tajam dan tukang sindir serta pencemooh ini, saya termotivasi untuk menjadi orang yang sangat sukses dan berhasil. Maka dari itulah, saya bekerja keras. Meskipun terkadang saya bingung dengan orang-orang yang mengejek saya karena saya ‘bekerja keras’, tetapi saya sudah bertekad tidak akan mendengarkan perkataan mereka. Seperti kata Agnes Monica pada lagunya yang berjudul MUDA, “Mulut setan bicara nggak karuan.

Dari sini saya belajar, bahwa sebagai manapun kita tidak melakukan kesalahan dan berusaha untuk baik kepada orang tersebut tetap saja selalu ada yang ‘kurang’ dari diri kita dan mereka lebih suka memandang pada kekurangan-kekurangan kita dibandingkan kelebihannya. Mereka lebih suka menghina dibandingkan memuji. Mereka tidak suka orang yang ‘pernah dihinanya’ menjadi lebih sukses dibandingkan mereka sehingga mereka pun berusaha menjatuhkan kita.

Saya juga belajar untuk lebih menghargai dan mencintai orang-orang yang selama ini terus mendukung dan mencintai saya dengan cintanya yang tanpa henti melalui caranya sendiri. Saya ingin membuat orang-orang kesayanganku ini bangga terhadap saya.

Saya berdoa kepada Tuhan agar orang-orang kesayangan saya ini terus diberikan kebahagiaan dan dalam lindungan kasih Tuhan Yang Maha Esa. Semoga saja kebaikan datang pada hidup mereka semua. Serta berilah kepada pencemooh umur panjang agar mereka dapat melihat kesuksesan saya dan ajarlah mereka agar tidak berpindah peran menjadi ‘hakim’ karena peran sebagai ‘hakim’ itu sesungguhnya ada di tangan Tuhan sendiri.

Yang akan terus berjuang keras,
Tessia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar