Sabtu, 25 Juli 2015

...Coz We'll Never Know Where's the End.


Halo, Pembaca!
Apa kabar?

Kali ini, saya akan bercerita mengenai waktu yang benar-benar terasa begitu cepat. Bagaimana sepercik kenangan-kenangan itu berputar di antaranya bersama dengan mereka yang saya sayangi.

***


Ketika itu, di hari Sabtu, saya mendapatkan pesan dari seorang sahabat dekat saya. Pada waktu itu, kami sangat jarang sekali berkirim pesan. Ada perasaan heran bercampur bahagia ketika saya menerima pesan dari dia yang kala itu. Dalam pesan itu, dia bertanya-tanya tentang bagaimana perasaan saya jika suatu saat dia 'menghilang'? Dia juga bertanya-tanya, siapa sebenarnya dia dalam kehidupan saya?

Saya tidak mempunyai firasat apa-apa sehingga saya hanya membalas saja pesan-pesannya sesuai dengan apa yang saya pikirkan dan rasakan.

Akan tetapi, semenjak saya menerima pesan itu. Pada hari Senin, dia terlihat berbeda dari biasanya. Meskipun, tetap saja dia tersenyum ceria akan tetapi saya merasa seperti ada sesuatu yang disembunyikan dan sedang membebani pikirannya.

Saya mulai berpikiran apakah dia akan pindah sekolah?

Beberapa hari kemudian, tanda tanya saya pun terpecahkan: dia memang akan pindah sekolah.

Hmm.. Mungkin tepatnya bukan 'akan' lagi sekarang melainkan 'sudah' pindah sekolah.

Lalu, di suatu pagi, Bandara Juanda. Kami berpisah.
Dia tidak menangis. Saya tahu, dia perempuan yang tegar. Atau, entahkah, dia berusaha menahannya di hadapan saya. Saya juga tidak tahu.

Yang jelas, setelah melepas kepergiannya...

Kenangan di antara kami berputar dalam waktu singkat dan mampu membuat pandangan di hadapanku memburam diikuti tetesan air mata yang mengalir menuruni pipi. Pertahanan diri saya gagal.

Pasti sekolah nanti akan terasa sangat berbeda tanpa kamu, begitu benakku. 

Saya pun menangis.
***
Baru 2 hari yang lalu, saya akhirnya kembali 'berangkat' ke Malang untuk melanjutkan pendidikan di tingkat akhir SMA Charis National Academy. Bila dibandingkan pada saat saya pertama kali meninggalkan Brebes, saya memang dibilang sudah 'terbiasa' dengan perpisahan tersebut. Saya tidak merasakan apa-apa sampai ketika di terminal bis, kami saling mengucapkan kalimat 'selamat tinggal' satu sama lain dan melambaikan tangan. Oma, Mama, dan Adik langsung pergi setelah saya menaiki bis. Sekarang, hanya tinggal Papa yang berdiri di sana menunggu sampai bis berjalan pergi meninggalkan terminal.

Tidak ada lagi yang menemani saya mengobrol atau bercerita ketika saya merasa kesepian atau sedih di malam hari.

Lagi, saya pun menangis namun mati-matian menahannya agar tidak terlalu 'kelihatan' oleh papa. 

Setelah bis berjalan, saya pun melambaikan tangan padanya dan mengamatinya sampai beliau menghilang dari pandangan.

Come up to meet you
Tell you I'm sorry
You don't know how lovely you are
I've to tell you
Tell you I need you
Tell you I set you
Apart~
 ***
Kira-kira membutuhkan waktu 12 jam perjalanan dari Tegal menuju Malang melalui transportasi bis. Sesampainya di rumah tante, sekilas percikan gambaran Mama dan adik saya (Thania) muncul di beberapa tempat dalam rumah sesuai dengan apa yang membekas dalam ingatan saya ketika terakhir mereka menginap di sini untuk beberapa hari. Percikan-percikan itu lagi-lagi membuat saya merindukan mereka. Saya rindu melihat Thania sedang menonton televisi di sofa atau Mama yang sedang membawa pakaian kotor ke lantai atas untuk dicuci maupun sosok beliau yang sering merebahkan diri di kamar tamu.

Sampai pada siang hari, saya dengan dua saudara sepupu saya yang rumahnya saya tinggali sekarang ini--Marsya dan Marchel--pergi ke sekolah untuk melihat bagaimana keadaannya setelah liburan 5 minggu tak berkunjung. Lagi-lagi, memori ketika saya terakhir memasuki sekolah bersama dengan Thania, Marsya, Marchel juga 3 saudara sepupuku yang kala itu juga sedang berlibur di Malang (Kevin, Kiefer, Kennard) kembali berputar. Terasa begitu ramai ketika menjelejahi sekolah bersama dengan mereka namun sekarang sekolah terasa begitu sepi.

Gambaran-gambaran ketika kami bersama-sama menaiki tangga untuk menunjukkan di mana letak kelas 11 IPA yang akan selalu saya ingat kenangan di dalamnya itu, ketika Kevin, Kennard, dan Kiefer sempat bermain bola basket sebentar di Gym, melihat bagaimana kantin di sekolah Charis. Semuanya seakan baru saja terjadi dan sekarang dengan begitu saja, kami sudah berpisah lagi.

Tidak hanya gambaran bersama dengan mereka saja yang muncul dalam benak saya. Sahabat saya pun turut masuk di dalamnya. Mungkin akan ada banyak hal di sekolah nanti yang mengingatkanku akan waktu yang telah dihabiskan bersama-sama pada waktu dulu, ada banyak tempat yang membuat flashback itu kembali tanpa permisi.

Dan semuanya itu membuat saya merasa rindu setengah mati.

***
Waktu berputar begitu cepat ketika kita benar-benar menikmatinya. Bukankah begitu?
Saya masih ingat bagaimana sahabat saya berkata pada saya bahwa ia akan pindah dalam waktu 4 bulan dan dia menambahkan bahwa 4 bulan itu masih merupakan 'waktu yang lama'.

Saya juga ingat bagaimana Kevin mengatakan bahwa dia masih mempunyai 3 hari lagi untuk tinggal di Malang, dia juga turut menambahkan kata 'masih lama'.

Masih teringat juga bagaimana Papa saya mengatakan pada saya bahwa saya masih memiliki "waktu yang lama" untuk tinggal di Brebes ketika saya mendesaknya untuk menemani saya mengobrol pada malam yang larut.

Namun, semua 'waktu yang masih lama' itu pun toh berakhir dengan sangat cepat bukan? 

Saya memiliki pendapat bahwa... selama kita diberi kesempatan untuk bersama dengan orang yang kita sayangi mengapa kita tidak langsung menggunakan kesempatan itu? Mengapa kita perlu menggunakan alasan 'masih lama' ketika kita enggan menemani mereka yang 'menginginkan' kehadirannya atau sekedar menghabiskan waktu bersama dengannya?

Saya merasa, waktu dalam Dunia ini bergerak terlalu cepat, Kawan. 

Sampai-sampai, saya tidak merasa bahwa sebentar lagi saya akan masuk sekolah sebagai siswi senior di SMA! Sungguh, saya masih merasa baru saja saya masuk sebagai junior sekarang tahu-tahu sudah menjadi senior. Sebentar lagi akan kembali menghadapi Ujian Nasional lalu memasuki dunia perkuliahan.

Ketika saya memikirkannya, mendadak saya merasa sedih. Semakin cepat waktu berjalan, maka perpisahan dengan orang yang kita sayangi pun akan semakin dekat. Juga disisi lain merasa senang, karena bisa jadi justru pertemuan itulah yang menjadi semakin dekat sebelum akhirnya perpisahan juga yang menyusul di belakangnya.

Saya sedih ketika harus merasa kehilangan orang-orang yang saya kasihi walau hanya sementara. 

Ketika kita sudah kehilangan seseorang yang kita sayangi, maka penyesalan pun biasanya akan membuntuti. Seperti, mengapa saya tidak bisa menghabiskan waktu lebih lama dengannya? Mengapa dulu saya pernah menyakitinya? 

Pastilah ketika perasaan itu datang. Engkau pun ingin memutar waktu, mundur ke belakang, ketika orang itu masih berada di sisimu lalu lebih menghargai waktu bersama dengannya karena engkau sudah tahu bagaimana sedihnya hatimu ketika engkau menyadari betapa banyak waktu yang sebenarnya dapat engkau habiskan bersama dengannya sebelum dia pergi. Namun, memutar waktu itu hanya imajinasi belaka, Kawan. Ketika rasa penyesalan itu datang, sudah terlambat untuk kau ingin kembali ke masa lampau dan memperbaikinya. Yang bisa kau lakukan hanyalah menunggu sampai kesempatan kedua itu datang dan memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya karena suatu saat engkau pun pasti akan berpisah lagi dengannya dan jangan sampai engkau jatuh dalam lubang yang sama, penyesalan yang sama, kesedihan yang sama.

Sama seperti saya sekarang ini, merasa menyesal ketika saya menyadari seharusnya saya 'bisa' menghabiskan waktu dengan mereka 'lebih lagi'. Seharusnya saya dapat lebih menunjukkan betapa saya sangat 'menyanyangi' mereka. Akan tetapi, apa boleh buat? Waktu adalah hal yang tidak dapat ditarik mundur dalam milidetik sekalipun. Satu-satunya yang tersisa hanyalah kenangan bersama dengan mereka beserta harapan bahwa suatu saat kami 'pasti' akan bertemu kembali dan 'tetap' sama seperti dulu tanpa berubah menjadi 'orang asing'.

Saya tidak dapat membayangkan betapa sedihnya ketika orang yang dulu pernah sangat dekat dan sangat kita sayangi tiba-tiba menjadi orang asing dalam kehidupan kita karena 'perubahannya' atau mungkin perubahan pada diri kita sendiri.

Saya sekarang mengerti mengapa orang bijak memberi nasihat untuk menyanyangi mereka yang telah mengorbankan waktunya untuk mereka. Karena waktu memang hal yang sangat berharga, sesuatu yang tidak bisa ditarik kembali, diulang, diperbanyak, atau dicari. Seseorang akan meluangkan waktu mereka yang berharga hanya untuk mereka yang disayangi. Berbahagialah kalian yang telah merasakan bagaimana rasanya ketika seseorang secara tulus mengorbankan waktunya yang berharga agar dapat menghabiskannya bersama dengan kalian lalu membuat kenangan manis tak terlupakan.

.....Karena kita tidak pernah tahu sampai kapan waktu kebersamaan itu akan berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar