Sekitar jam 10 malam tadi, saya termenung di teras rumah
sembari mengamati jalan raya yang akhir-akhir ini menjadi semakin ramai
mengingat sebentar lagi lebaran akan tiba sebagai gantinya pemandangan bintang
di atas langit meskipun kedua hal tersebut tidak dapat dibandingkan. Dari
kegiatan-kurang-kerjaan mengamati jalan raya itu… Saya seperti mendapatkan
renungan lain yang tercetus begitu saja dari dalam kepala.
Sebelumnya, saya baru sadar bahwa hari ini, pada tanggal 11
Juli 2015, saya tepat berusia 17 tahun lebih 3 bulan. Yey! *cheers*
Tapi, tunggu… Renungan saya tidak berhubungan dengan ini.
Sungguh. Renungan saya kali ini sampai pada sebuah objek yang dinamakan rumah.
Rumah tidak harus dalam arti secara harafiah.
Saya berpikir, mungkin alasan mereka ingin cepat-cepat
sampai di rumah adalah karena mereka tahu ada ‘orang-orang terkasih’ yang
sedang menunggu mereka dengan tangan terbuka lebar penuh kenyamanan di sana.
Bagi saya, rumah bukanlah tempat tinggal secara fisik.
Tetapi, secara batin. Rumah adalah suatu tempat di mana saya beserta dengan
orang-orang terkasih berkumpul dalam suatu tempat bersama-sama lalu menciptakan
keharmonisan dan kenyamanan di dalamnya. Tanpa mereka, tempat saya tinggal itu
bukanlah bernama ‘rumah’ lagi meskipun saya menetap di sana dalam jangka waktu
yang lama.
Rumah mungkin tidak hanya melambangkan kekayaan tetapi juga
hubungan dalam keluarga tersebut.
Sewaktu kecil, saya sempat membayangkan betapa bahagianya
jika saya memiliki rumah yang sangat besar dan penuh dengan alat-alat canggih
di dalamnya. Akan tetapi, seiring bertambahnya waktu, saya sadar. Bukan rumah macam itu yang saya inginkan.
Akankah kita tetap nyaman tinggal di dalam rumah mewah tetapi tidak ada
kehangatan di dalamnya?
Rumah yang saya impikan. Rumah yang saya rindukan adalah
rumah sederhana mengandung kehangatan keluarga, terjadi suatu keharmonisan di
dalamnya—suka dan duka ditanggung bersama-sama secara ikhlas, saling mendukung
dan mendoakan. Betapa rumah seperti itu memberikan rasa nyaman tiada terkira
bukan?
Dalam banyak hal, sederhana lebih baik dibandingkan kata ‘mewah’.
Hidup sederhana mengajarkan kita banyak hal; untuk berjuang lebih keras agar
mampu sukses, memiliki hati yang tabah ketika terdapat orang kaya sombong
mencemooh kita, mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang kurang mampu,
juga diajari bagaimana caranya menghargai hal-hal kecil yang mungkin saja
dilewatkan oleh orang-orang kaya.
Terkadang, hal-hal kecil itulah yang justru memberikan kita
banyak kenangan indah di dalamnya.
Rumah… Adalah tempat kita untuk berlindung, bertumbuh, mau
diajar dan mengajar, saling menolong, menangis serta tertawa. Serta satu hal
yang kita tahu pasti, rumah adalah tempat di mana kita harus kembali, Kawan.
Baiklah, waktu sudah menunjukkan 12.11 AM
Selamat pagi!
Selamat pagi!
Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati.
Yang merindukan kehangatan rumah,
Tessia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar