Ini puisi.
Antar aku pada malam kita bertemu
Antar aku pada garis awal dimana kita bersinggungan
Sebab senyummu kala itu sungguh candu bagiku
Rona merahmu bahkan lebih menarik dibandingkan lampu
panggung megah itu
Kamu terlihat sangat baik-baik saja,
Beberapa orang lewat di hadapanmu,
Mereka menyapa,
Kamu membalas sapaannya.
Mereka tertawa bersama teman-temannya,
Kamu tersenyum,
Mengedarkan pandangan matamu,
Lalu jatuh kepadaku.
AKU!!
Demi Tuhan
Andai saja kau tahu,
Betapa cepat degup jantungku kala itu.
Tak lama setelah malam itu,
Aku melihatmu lagi.
Berbeda pada malam kala itu.
Kamu terlihat sedikit murung.
Aku ingin bertanya kenapa,
Tapi takut kamu nanti menganggapku apa.
Aku hanyalah orang asing yang mengagumimu,
Tidak lebih. Titik.
Aku bilang pada awal baris,
“Antar aku pada malam kita bertemu.”
Sebab, apabila kesempatan kedua itu datang
Aku takkan tertipu lagi oleh senyum palsumu,
Aku takkan mengabaikan teriakan minta tolong pada pandanganmu,
Aku pasti akan berlari cepat menggapaimu; berkenalan, bercanda.
Apa saja.
Apa saja asalkan kamu tidak sendirian.
Apa saja asalkan aku bisa jadi temanmu.
Apa saja asalkan kamu percaya padaku.
Apa saja asalkan aku dapat mengobati lukamu.
Apa saja asalkan kamu...
…tidak
Pergi…
…selamanya,
Seperti sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar