Rabu, 13 April 2016

Darkest Dawn


She's underwater again 
Somebody's daughter and friend 
In the night in the dark 
In the cold 
as she walks far away 
Nobody's watching
-Bird (Billie Marten)

I use this song as my blog background song, btw. xoxo

 
***
  
Hari ini, saya barusan mengalami peristiwa buruk (a.k.a menyedihkan). Mungkin, jika saya menceritakannya dengan orang lain yang tidak mengerti atau tidak tahu apa-apa mengenai masa lalu saya, masa pertemanan saya, atau apapun mengenai saya akan mengatakan seperti demikian, "Halah.. Dasar baper aja kerjaannya. Kalau dia ninggalin kamu, ya kamu carilah yang lain. Semua orang ya gitu bisa berubah kapanpun."

Mungkin saya akan tertawa getir jika mendengar perkataan itu keluar dari mulut orang lain. Meskipun dalam hati, saya akan menjawabnya seperti ini, "Hahaha.. Mengganti seseorang yang sangat penting dalam hidupmu semudah mengganti sandal jepit tua yang sudah jebol kah?" 
 Baper. Saya disebut oleh orang lain atau bahkan teman-teman saya sendiri sebagai tukang baper. Dibandingkan mendengar teman saya menanyakan, "Kamu kenapa?" Saya lebih sering diteriaki sebagai "tukang baper". 

Pertama kali, saya tidak ada masalah dengan istilah tersebut. Namun, belakangan ini, saya menyadari bahwa istilah baper  mengurangi rasa empati seseorang terhadap temannya yang sedang bersedih. Perkataan seperti "Gitu aja baper" lebih sering saya dengar dibandingkan "Kalau kamu butuh aku, aku mau kok jadi tempat curhatmu."

Lalu,apa itu empati? Dan apa hubungannya baper dengan tingkat empati di kalangan anak muda? Menurut Stein dan Howard (2002) empati adalah kemampuan untuk menyadari, memahami dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain. Empati adalah menyelaraskan diri (peka) terhadap apa, bagaimana dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan dan memikirkannya. Bersikap empatik berarti mampu membaca orang lain dari sudut pandang emosi. Dengan adanya kata baper, secara tidak langsung memengaruhi pola pikir kita. Dengan kata ini, kita yang biasanya apabila bergurau atau mengucapkan suatu kata yang menyakiti perasaan orang lain berkata “maaf” sekararang ini hanya dengan berkata “Yaelah gitu aja baper” maka menganggap urusannya selesai. Dan tentu saja selain menyepelekan perasaan orang lain, kalimat itu juga menghilangkan rasa empati kita sebagai manusia.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mirnajullyone/gitu-aja-baper-bukti-pudarnya-empati-di-kalangan-muda_560744780e93735d0a277bab
Lalu,apa itu empati? Dan apa hubungannya baper dengan tingkat empati di kalangan anak muda? Menurut Stein dan Howard (2002) empati adalah kemampuan untuk menyadari, memahami dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain. Empati adalah menyelaraskan diri (peka) terhadap apa, bagaimana dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan dan memikirkannya. Bersikap empatik berarti mampu membaca orang lain dari sudut pandang emosi. Dengan adanya kata baper, secara tidak langsung memengaruhi pola pikir kita. Dengan kata ini, kita yang biasanya apabila bergurau atau mengucapkan suatu kata yang menyakiti perasaan orang lain berkata “maaf” sekararang ini hanya dengan berkata “Yaelah gitu aja baper” maka menganggap urusannya selesai. Dan tentu saja selain menyepelekan perasaan orang lain, kalimat itu juga menghilangkan rasa empati kita sebagai manusia.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mirnajullyone/gitu-aja-baper-bukti-pudarnya-empati-di-kalangan-muda_560744780e93735d0a277bab
Seakan-akan, dibandingkan repot-repot menemani seseorang, lebih tidak merepotkan jika berlindung di bawah kalimat "Halah.. Gitu aja baper" lalu urusan akan selesai.

Perlu teman-teman ketahui, bahwa kesedihan yang saya rasakan bukan hanya sekedar perasaan baper. Tetapi, lebih daripada itu, saya merasa bahwa diri saya menderita depresi

Kalau kalian bertanya pada saya, bagaimana rasanya menjadi orang depresi?
Maka, dengan senang hati, saya akan membagikannya sekarang.

Depresi adalah perasaan dimana seseorang lebih daripada tidak merasa bahagia. Depresi lebih kepada perasaan dimana seseorang tidak dapat membawa dirinya sendiri untuk bahagia. Terkadang, orang tersebut tidak nafsu makan, tidak dapat tidur dengan nyenyak, tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan maksimal. Tipe orang depresi ada yang tidak suka menunjukkan kesedihannya kepada orang lain, namun ada juga yang menunjukkannya kepada orang lain (seperti saya, misalnya). Kalau ada diantara kalian yang berteman dengan saya di media sosial seperti Facebook, Twitter, Line, BBM dan lain-lain. Pasti kalian tidak asing dengan status-status saya yang bernada sedih. Ya, semacam itu. Orang-orang yang seperti saya ini memiliki perasaan untuk ingin dimengerti oleh orang lain, atau lebih tepatnya ingin dipedulikan oleh orang lain. Namun, sayangnya, they don't understant t well. Mungkin, karena terlalu sering memasang foto atau status sedih, orang lain menganggap bahwa, "Ya, mungkin kesedihan sudah menjadi bagian dari dia. Jadi tidak usah diapa-apakan lagi lah..." Padahal, lucunya, terkadang mereka bahkan tidak pernah sekalipun menanyakan, "Kamu kenapa?". Kemudian, teman-teman akan malas mendekati saya atau orang-orang tipe depresi seperti ini, karena bagi mereka, kami (orang depresi) tidak seru dijadikan teman ngobrol, menyebalkan karena pekerjaannya hanya bersedih sepanjang hari, tukang baper, tidak bisa diajak bercanda, pendiam. Sehingga, justru orang-orang seperti saya justru pada akhirnya tidak memiliki teman atau dijauhi oleh sahabat-sahabatnya. Lalu, mereka menganggap diri saya sebagai penyebabnya.
Dari pengalaman pribadi, saya seringkali mendengar keluhan teman-teman saya (yang dulu) dekat dengan saya lalu sekarang menyerah pada saya seperti, "Aku capek berteman dengan Tessia. Seperti tidak dianggap. Sedih ada kerjaannya. Gak ada perubahan. Udahlah.. Biar dia ngurus dirinya sendiri."
Mereka tidak tahu, bahwa orang-orang depresi seperti saya sebetulnya juga ingin sekali untuk bahagia. Mereka tidak tahu, bahwa orang-orang depresi seperti saya justru orang-orang yang sangat membutuhkan teman di sampingnya lalu jika suatu saat ditinggalkan maka mereka akan menjadi orang yang jauh lebih depresi lagi dibandingkan yang sebelumnya.... Mereka tidak tahu bahwa orang-orang depresi sebenarnya menghargai dan sangat bahagia dengan kehadiran mereka jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Mereka tidak pernah tahu bahwa dalam setiap doanya tiap malam, nama mereka (teman-teman si depresi itu) selalu diselipkan di dalamnya. Mereka tidak pernah tahu seberapa hancur hati si depresi ketika mendengar bahwa mereka menyerah karena merasa diri mereka dianggap, mereka tidak tahu bahwa orang depresi bahkan sedang tidak mampu mengontrol kebahagiannya sendiri.
Orang depresi lebih suka menyalahkan dirinya sendiri ketika pada akhirnya dijauhi oleh orang-orang yang menyerah terhadapnya.
Orang depresi lebih bisa menghargai hal kecil yang dilakukan oleh orang lain meskipun kadang kala tidak mereka tunjukkan secara langsung. Hal-hal kecil itu seperti mengajaknya berbicara setiap hari, menanyakan kabarnya, menyemangatinya dengan kata-kata, dan lain-lain.
Everybody else just doesn't get it.
Si depresi tidak tahu apa yang mereka butuhkan. Si depresi tidak tahu hal apa yang dapat membuat mereka bahagia seperti dulu lagi sebelum mereka terjangkit that fucking disease like depression, mereka merasa terjebak. It feels like you are screaming in the room but nobody hears you.
Dan, seketika, dunia yang membuat si depresi terpuruk. Dunia dengan segala manusia dan segala ketidaktahuannya mengenai si depresi ini terasa semakin menjebak dia dalam lembah kekelaman. Suddenly, the whole world just get louder. Dan, si depresi merasa bahwa dirinya semakin tenggelam dalam air mata kesedihannya sendiri. 
Perasaan depresi bersifat diskriminatif. Tidak peduli seberapa banyak dan seberapa sedikit yang dimilikinya,, si depresi akan terus merasa kesedihan. Feeling numb. 
Bahkan orang yang paling lucu di dalam Dunia ini pun terkadang tidak mampu menghibur dirinya sendiri ketika diserang oleh perasaan depresi. 
Menjadi sahabat dari si depresi memang merupakan salah satu hal yang paling sulit. Saya sendiri sebagai si depresi telah merasakan berapa banyak orang yang pada akhirnya menyerah atas diri saya :)) Akan tetapi, bukankah sahabat menerima sahabatnya utuh beserta dengan segala kecacatan yang dimilikinya? Bukankah seorang sahabat justru seharusnya terus menemani sahabatnya yang sedang berjalan di dalam kegelapan dan bukan malah meninggalkannya?
Menjadi sahabat bagi si orang depresi mungkin memang sulit. Tetapi, percayalah, hal itu akan menjadi hal paling terhormat yang kamu lakukan dalam hidupmu.

“Sensitive people are the most genuine and honest people you will ever meet. There is nothing they won’t tell you about themselves if they trust your kindness. However, the moment you betray them, reject them or devalue them, they become the worse type of person. Unfortunately, they end up hurting themselves in the long run. They don’t want to hurt other people. It is against their very nature. They want to make amends and undo the wrong they did. Their life is a wave of highs and lows. They live with guilt and constant pain over unresolved situations and misunderstandings. They are tortured souls that are not able to live with hatred or being hated. This type of person needs the most love anyone can give them because their soul has been constantly bruised by others. However, despite the tragedy of what they have to go through in life, they remain the most compassionate people worth knowing, and the ones that often become activists for the broken hearted, forgotten and the misunderstood. They are angels with broken wings that only fly when loved.

Shannon L. Alder

I am someone who was walking in the darkest dawn,
waiting for a beautiful sunrise in her life.
Nobody's watching her struggle inside her soul.

 Jika, salah satu diantara pembaca sekalian merupakan teman saya atau pun orang yang dulunya pernah menjadi sahabat saya.
Saya ingin meminta maaf apabila saya terus-terusan merasa sedih.
Saya bersikap menyebalkan atau berlebihan.
Terkadang, saya bahkan menyanyangi kalian dengan cara yang berlebihan.
Saya hanya takut kehilangan kalian.
Saya hanya ingin menunjukkan pada kalian bahwa kalian memiliki tempat yang spesial di dalam hati saya.
Namun, saya salah.
Maafkan saya apabila perbuatan dan bagaimana cara saya menunjukkan kepedulian saya kepada kalian justru membuat kalian risih atau terganggu.
Saya tidak bermaksud untuk membuat kalian terganggu.
Termasuk, status sedih yang saya buat. Saya juga tidak bermaksud untuk terus menerus merasa sedih walaupun kalian sudah datang untuk menemani saya.
Wajar kalau sekarang kalian merasa capek menjadi sahabat saya.
Terima kasih sudah pernah menjadi sahabat saya.
Bagi saya, tidak ada yang namanya mantan sahabat.
Sahabat tetaplah sahabat.

I'll be your home everytime you want to come back :))



Tidak ada komentar:

Posting Komentar